Cerpen

Annisa Shafira & Kirana XB 

Judul : Sampai Jumpa, Adit.

Senja mulai turun di langit kota kecil itu. Cahaya keemasan menyelimuti jalanan yang sudah tidak asing bagi Adit dan Raka, dua sahabat yang sejak kecil selalu bersama. Di bangku kayu taman tempat mereka biasa duduk, suasana terasa berbeda. Kali ini, ada kesunyian yang menggantung di antara mereka, sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.


Adit menatap langit sambil menggenggam tiket pesawat di tangannya. Besok pagi, ia akan terbang ke negeri yang jauh, meninggalkan rumah, keluarga, dan terutama, sahabatnya.


Raka menunduk, menendang-nendang tanah dengan ujung sepatunya. “Jadi… lo beneran pergi besok?” tanyanya dengan suara yang terdengar datar, tapi Adit tahu ada banyak emosi yang ditahan di dalamnya.


Adit tersenyum kecil. “Iya, Ka. Gue dapet kesempatan yang nggak bisa gue sia-siakan.”


Raka menghela napas panjang. “Gue tahu. Gue cuma… masih nggak nyangka aja. Lo pergi sejauh itu.”


Mereka kembali diam. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan seolah ikut berbicara, menyampaikan sesuatu yang sulit mereka ucapkan.


“Kita udah kayak saudara sejak kecil,” lanjut Raka pelan. “Lo yang selalu ada buat gue, nemenin gue di saat susah, bahkan pas gue nangis gara-gara nggak lulus seleksi tim sepak bola dulu.”


Adit tertawa kecil. “Dan lo yang nggak pernah bosen dengerin curhat gue tiap malem, bahkan pas cuma soal hal-hal nggak penting.”


Raka tersenyum miring. “Iya, gue sampe hapal tiap drama hidup lo.”


Suasana yang sempat tegang mencair sejenak. Tapi tak lama, keheningan kembali menyelimuti mereka.


“Adit,” panggil Raka. “Lo nggak takut?”


Adit menoleh. “Takut?”


“Iya. Lo bakal sendirian di sana. Jauh dari semua yang lo kenal. Lo nggak takut kesepian?”


Adit terdiam. Pertanyaan itu sesungguhnya juga sering muncul di benaknya. Tapi ia tahu, ini adalah jalan yang harus ia tempuh.


“Takut,” jawabnya jujur. “Tapi gue nggak bisa diam di sini selamanya. Gue harus berani ambil langkah.”


Raka mengangguk pelan. Ia paham. Dalam persahabatan mereka selama ini, Adit memang selalu punya mimpi besar, dan Raka selalu menjadi pendengar setianya.


Adit menatap sahabatnya dalam-dalam. “Lo juga harus janji satu hal, Ka.”


“Apa?”


“Lo nggak boleh stuck di sini. Lo juga harus maju. Gue nggak mau pas gue balik nanti, lo masih gitu-gitu aja.”


Raka tertawa pelan. “Santai aja. Gue bakal ngejar lo. Mungkin sekarang lo yang duluan, tapi nanti gue juga bakal sampe ke tempat yang gue mau.”


Adit tersenyum puas. Itulah sahabatnya, seseorang yang meskipun keras kepala, selalu punya tekad yang kuat.


Matahari semakin tenggelam, meninggalkan jejak cahaya jingga yang perlahan memudar.


Raka mengulurkan tangan. “Sampai jumpa, Dit.”


Adit menatap tangan itu, lalu menggenggamnya erat. “Sampai jumpa, Ka.”


Mereka tidak tahu kapan akan bertemu lagi. Tapi satu hal yang mereka yakini, persahabatan mereka tidak akan berakhir hanya karena jarak.


Dan ketika saatnya tiba, mereka akan bertemu lagi dengan cerita baru, dengan versi terbaik dari diri mereka masing-masing.

Comments